Sabtu, 30 Maret 2019

Pengalaman yang Tak Terlupakan




“Kriingg…Kringgg” 
Jam weker ku terus berbunyi, dalam keadaan setengah sadar aku mencoba menggapai jam weker itu.
Astagaa, kalian tahu jam berapa ini?..
Ternyata sudah jam 06.20, oke, berkat jam weker ini aku sudah kembali sepenuhnya ke dunia nyata. Oh God. Aku hanya punya waktu setengah jam lagi untuk bersiap-siap dan lima belas menitnya untuk perjalanan kesekolah. Oke kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku begitu terburu-buru bukan? Baiklah , perkenalkan namaku Aninda, aku baru saja di terima disebuah sekolah menengah atas Negeri yang tentunya SMA favorit dan ini hari pertama aku mengikuti Masa orientasi siswa (MOS), maka dari itu aku tidak ingin memberi kesan buruk pada hari pertamaku ini dan yang kumaksud sebagai kesan buruk adalah terlambat
Oke cukup perkenalannya, aku sudah sangat dikejar waktu, aku langsung menyambar handuk yang digantung dengan asal-asalan di depan kamar mandi, aku mandi ala kadarnya saja, hehehe jorok ya? Apalagi aku perempuan, tapi berhubung waktu tidak bisa diajak kompromi, selesai mandi aku mulai memakai seragam SMP ku, karena seragam SMA sekolahku belum dibagikan, siap dengan pakaian aku mulai sibuk mencari atribut yang wajib dipakai, apa kalian mulai bertanya-tanya lagi maksud dari atribut yang wajib dipakai? Bagi kalian yang sudah pernah mengalami MOS pasti sudah mengerti, tapi bagi yang belum mengerti atribut yang wajib dipakai itu seperti tas dari karung atau kardus dengan foto selfie, bagi yang belum mengerti selfie itu apa, itu lho foto individu, rambut dikepang dua dengan pita sesuai permintaan senior panita MOS, kalung dari kaleng-kaleng bekas, topi dari ember dan kaos kaki yang berbeda, sebelah kiri hitam dan sebelah kanan putih. Aneh bukan? Tapi inilah MOS.
Setelah semua siap, aku mulai berjalan ke sekolahku, karena jarak dekat dari rumah aku hanya butuh jalan kaki 15 menit, hitung-hitung irit uang jajan hehehe. Begitu tiba digerbang sekolah, aku melihat beberapa senior didepan aula, mereka melototiku, apa aku terlambat? Ku lihat arloji yang terlingkar manis dipergelangan tangaku, oh ternyata belum.
Aku memasuki aula sekolahku, aku melihat anak-anak baru yang lainnya berdesak-desakkan mencari tempat duduk. Aku memilih kursi tengah, tempat yang strategis tidak terlalu didepan dan tidak terlalu dibelakang. Beberapa menit kemudian aula telah penuh diisi anak-anak baru sepertiku, mereka dari berbagai sekolah dan mulai berkenalan satu dengan yang lainnya, ternyata sesi perkenalan antara anak baru ini membuat keributan di aula.
            “Diaaaaaam”
            Aku menoleh ke sumber suara ternyata itu senior yang sempat melotot ke arahku tadi, ya ampun salah apa ya? Kok senior ini galaknya ampun-ampun.
            “kalian bisa tenang nggak sih, kenalan aja kok ribut betul “ bentak senior perempuan yang tak kalah galaknya.
            Aku mulai ketakutan melihat senior-senior ini, mereka seperti singa yang sedang mencari mangsa. Aku merasakan anak-anak yang lain juga sama takutnya, mereka menundukkan kepala mereka, tak berani menatap senior yang matanya pada melotot. Setelah hening beberapa menit, para senior menuntun kami keluar untuk melaksakan upacara pembukaan MOS, MOS disekolahku hanya diadakan dua hari, itu berarti besok hari terakhir MOS.
            Setelah melewati upacara yang membuat  kakiku letih berdiri lama-lama, kami kembali masuk ke aula dan mendapat beberapa materi dari Guru-Guru, dua jam kemudian bel sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat, tapi berhubung kami masih anak baru tidak berani untuk berkeliaran dilingkungan yang baru. Aku mendengar dari luar beberapa senior menghukum siswa yang tidak memakai atribut lengkap, tak berhenti-hentinya mereka berteriak dan meneriaki siswa-siswa yang melanggar aturan itu.
            Setelah selesai istirahat dan mendapat beberapa materi lagi, bel pulang pun berbunyi, akhirnya aku bisa bernafas lega. Aku merasa semua ini seperti neraka dengan senior yang terus berteriak dan marah, apa mereka tidak takut tua atau urat lehernya putus? Tapi aku sudah tak tahan dan ingin segera pulang, saat pulang pun mereka masih tetap melototi kami para siswa baru.
Hari kedua MOS rasanya tambah seperti di neraka. Padahal ini adalah hari terakhir MOS.
“ Dengaar, siapa dari kalian yang sengaja menyembunyikan tas salah satu senior?” teriakan yang berasal dari suara sumber yang sama seperti kemarin itu adalah Kak Chairil ketua osis,tak lupa dengan mata melotot.
“ Kalau tidak ada yang mau mengaku kalian semua kami jemur!” bentak salah satu senior yang juga dari kemarin hobi berteriak-teriak.
            Aku melihat sekelilingku, mereka sama seperti  ku ketakutan, siapa sih yang hari gini masih hobi nyembunyikan sepatu orang lain? Kurang kerjaan sekali.
            “ Kalau tidak ada yang mau mengaku sampai 2 menit kemudia, kalian kami jemur  1 jam diluar” bentakkan lagi darin seorang senior.
            Karena aku tidak mau dijemur, dan juga kasihan melihat anak-anak yang lainnya aku mengacungkan tangan.
“ kamu, maju disini” tunjuk Kak Chairil.
            Aku maju dengan perasaan yang kacau balau, kenapa juga aku sok pahlawan seperti ini? tapi nasi telah menjadi bubur, aku tidak bisa mundur, ku lihat semua mata menatap kearahku seolah aku adalah pelaku yang sebenarnya.
            “ kenapa kamu berani-beraninya menyembunyikan tas salah satu senior? Apa kamu mau merasa hebat disini? Kamu siswa baru disini sudah berani seperti itu.” 
            Aku tidak bisa menatap mata senior yang memarahiku, begitu takut dan malu yang kurasakan, aku merutuki beberapa kali kebodohanku karena sok pahlawan seperti ini.
Akibat tindakan itu yang sok pahlawan, aku disuruh menyikat lantai WC yang ampun-ampun kotornya, keringat dan  bau WC menjadi satu dibadanku, aku berjanji tidak akan seperti ini. Setelah selesai dengan hukumanku aku berjalan ke lapangan untuk mengikuti upacara penutupan MOS, dan kemudian ada pengumuman penghargaan siswa/siswi baru terbaik tentunya versi panitia MOS, dan aku begitu kaget ketikan namaku disebutkan, ternyata insiden salah satu tas senior yang hilang hanya alasan, dan aku dianggap siswa yang rela berkorban ternyata tak sia-sia kau menyikat lantai WC, oh iya tak lupa juga ternyata senior-senior yang selalu marah dan meneriaki kami mereka sebenarnya sangat baik, tapi mereka berlagak marah agar kami bisa disiplin, aku mulai mengerti dan mendapat pengalaman yang tak terlupakan untuk hari ini aku mendapat penghargaan siswi terbaik MOS.    

0 komentar:

Posting Komentar